Minggu, 15 Juli 2012

BORN TO FIGHT


Sahabat semua, sesungguhnya kita semua dilahirkan untuk menjadi fighter, menjadi seorang pejuang menjadi seorang mujahid. Kita dilahirkan untuk menjadi pejuang, berjuang untuk kehidupan kita mengukir prestasi dan meretas sebuah karya, berjuang untuk menciptakan sejarah kehidupan kita.
Sahabat, hidup ini adalah perjuangan, tidak ada hidup tanpa perjuangan, ingatkah kita ketika dulu sel sperma berjuang mengalahkan lawan-lawannya, bukankah di antara 250an juta sperma yang terpancar hanya ada satu yang berhasil bertemu dengan sel telur? Itu adalah kita. Sadarkah kita peristiwa ini adalah peristiwa yang membawa pesan tentang perjuangan.
Ketika lahir ke dunia dan tumbuh menjadi balita, kita juga mengalami sebuah episode perjuangan di dalamnya, mengingat kembali ketika kita belajar mulai dari tengkurap, belajar merangkak belajar berdiri, perjuangan yang luar biasa, jatuh bangun, lecet, terluka tapi semangat kita waktu itu sungguh luar biasa, kita terus belajar dan belajar.
Begitulah, ternyata ini juga menggambarkan tentang kehidupan kita bahwa kadangkala di dalam hidup kita tidak selamanya berlari, tapi kadangkala kita harus berjalan atau bahkan merangkak.
Sahabat semua, kualitas manusia dapat diukur salah satunya dengan seberapa besar perjuangan yang telah dilakukannya, seberapa besar pengorbanan bagi apa yang dia yakini dan perjuangkan. Perjuangan memunculkan sebuah kepahlawanan, kepahlawanan senantiasa berbanding lurus dengan perjuangan, biasanya orang yang mendapat gelar pahlawan juga dilihat dari perjuangan yang telah dilakukannya, akan tetapi sahabat, perjuangan kita tentunya bukan untuk mengharapkan akan sebuah gelar pahlawan, melainkan Ridha Allah-lah tujuan yang ingin kita capai dari perjuangan kita.
Kita semua dilahirkan sebagai fighter, kita semua terlahir dengan naluri kepahlawanan, kita semua terlahir dengan berbagai potensi yang terpendam yang siap digunakan untuk bekal sebuah perjuangan, kita semua diciptakan dalam sebaik baik bentuk oleh Allah “Sungguh, kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Qs At-Tin: 4).
Sahabat, seorang yang memutuskan bahwa dirinya adalah seorang pejuang, merekalah orang-orang yang akan mampu menghancurkan batasan-batasan, merekalah orang–orang luar biasa, merekalah orang-orang yang mampu membuat sebuah perubahan menuju sebuah keadaan yang lebih baik, menuju sebuah prestasi yang lebih baik, merekalah orang–orang yang mampu menciptakan peluang-peluang, melihat sebuah celah kemungkinan untuk berkarya dan berhasil.
Sekarang, akankah semangat perjuangan itu masih ada dalam diri kita? Kita ingat kembali perjuangan-perjuangan yang telah kita lewati dalam berbagai episode kehidupan kita, kita tatap medan perjuangan yang telah menantang di depan kita, sungguh hidup ini penuh perjuangan. Apakah Kita termasuk Pejuang? Ataukah Pecundang?
Wallahua’lam bi showab.




Read more »

NIKMATI UJIANMU


Sahabat, tentunya kita semua pernah merasakan sebuah ujian kehidupan, tentunya kita semua pernah merasakan terpaan musibah, kita semua mungkin pernah merasakan pahitnya kegagalan, dan beratnya tantangan. Itulah dinamika kehidupan, karena hidup ini pastilah dihiasi dengan berbagai problematika dan dilematika.
Wahai sahabat, ujian, tantangan, musibah semuanya adalah sunnatullah. Allah akan menguji setiap hamba-Nya dengan berbagai ujian untuk memilah-milah siapakah yang keluar sebagai pemenang atau sebagai pecundang, siapakah yang bersabar dan siapakah yang tidak, siapakah yang bersyukur siapakah yang ingkar.
Sahabat, Allah tidak akan membiarkan begitu saja kita mengatakan beriman tapi pastilah ada konsekuensi yang harus kita tempuh, ya… sebuah ujian untuk membuktikan keimanan kita. ” Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:”Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (Q.S Al-Ankabut ayat 2-3).” Lihatlah wahai sahabat, bahwa bukan hanya kita saja yang diuji oleh Allah, orang-orang sebelum kita pun pernah diuji.
Sahabat, seperti sebuah sunnatullah semakin tinggi pohon akan semakin besar pula angin dan badai yang akan menerpanya, ujian akan menaikkan derajat dan mutu kita. Bukankah kemurnian emas itu berasal dari kobaran api yang menyala? Kuatnya baja juga karena dilebur dengan api yang membara? Kuatnya batu bata juga berasal dari proses pembakarannya? tahukah kita bahwa indahnya guci yang di pajang di etalase juga berasal dari berbagi proses yang telah dilaluinya, berawal dari tanah yang disaring diinjak-injak di banting dibakar, dengan itulah tanah itu menjadi bernilai, akan sangat berbeda dengan seonggok tanah yang tidak diproses seperti itu dia akan menjadi tanah yang biasa.
Sahabat jika ujian adalah sebuah konsekuensi atas keimanan kita, apakah kita akan lari? Bukankah ujian itu harus kita hadapi? seberapa pun beratnya, seberapa pun pahitnya, sungguh kadang kita merasa bahwa diri kita adalah orang yang paling berat diuji oleh Allah tapi lihatlah wahai sahabat, orang –orang beriman sebelum kita lebih berat ujian yang mereka terima, lihatlah di luar sana , mungkin banyak orang yang lebih berat ujiannya daripada kita.
Sahabat, yakinlah bahwa ujian Allah setara dengan kemampuan kita, ujian Allah selaras dengan kondisi kita “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. Al-Baqarah: 286). Sahabat jalani saja ujian yang menerpa kita, jalani saja hidup ini dengan kewaspadaan, nikmati saja prosesnya, persiapkan diri kita untuk melanjutkan langkah-langkah kita selanjutnya, teruslah melangkah, mohonlah kepada Allah untuk diberikan punggung yang kokoh untuk memanggul segala ujian yang menerpa, ingatlah Allah lebih tahu yang terbaik buat kita.
Sahabat, nikmati saja ujianmu, enjoy sajalah, teruslah melangkah menatap medan perjuangan yang semakin menantang di depan sana.
Wallahu’alam bi showab.



Read more »

BERISTIRAHATLAH SEJENAK


Sahabat, ketika aktivitas kita begitu padat, agenda-agenda menumpuk, pekerjaan dan tugas- tugas belum tertunaikan, pernahkah Anda merasakan kelelahan? Ya, tentu Anda pernah mengalaminya, rasa lelah yang amat sangat dikarenakan terkurasnya energi kita dalam melaksanakan rutinitas harian kita, terkurasnya energi kita dalam menjalankan amanah yang dibebankan, letih, lelah dan kadang kita merasakan kebosanan yang luar biasa. Apakah ini salah? Bagi saya ini tidak salah, itulah fitrah manusia yang kadangkala merasa jenuh, merasa lelah dan bosan. Kita adalah manusia, kita bukan robot, tubuh kita juga mempunyai hak-hak yang harus kita tunaikan.
Sahabat, kelelahan seringkali bukan hanya menimpa fisik kita saja, tapi kelelahan juga dapat menjangkiti jiwa- jiwa kita. Rasa bosan, kemalasan, kekeringan spiritual dapat pula menjangkiti ruh dan jiwa kita. Ternyata bukan hanya fisik kita saja yang dapat lelah, tapi jiwa dan ruh kita juga dapat merasakan lelah.
Kelelahan fisik dapat kita atasi dengan cukup istirahat, menambah asupan gizi, serta mengkonsumsi vitamin dan makanan lain yang mengandung nutrisi–nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Memperhatikan hak-hak tubuh kita dengan proporsional.
Bagaimana dengan keletihan ruh dan jiwa kita? Kadangkala keletihan jiwa ini malah menimbulkan efek yang luar biasa bagi diri kita, ketika jiwa lelah, rasa bosan dan malas menyerang, nilai spiritual yang kering, mengakibatkan diri kita malas untuk melakukan sesuatu, bahkan fisik yang sebenarnya sehat pun kadangkala menjadi sulit untuk digerakkan. Apakah memang benar ungkapan di dalam tubuh yang kuat pasti terdapat jiwa yang sehat? Kadangkala kita secara lahiriah tubuh kita tampak sehat, akan tetapi jiwa kita sakit.

Sahabat, beristirahatlah sejenak ketika rasa lelah itu menghampiri kita, menghampiri jiwa-jiwa kita. Ketika ruh ini mulai mengalami kekeringan spiritual, ketika kita merasakan ketidaknyamanan dalam hati kita, ketika kita mulai merasa galau, gundah gulana, gelisah, marah, kacau, maka beristirahatlah sejenak. Renungilah kembali apa yang telah kita lakukan, sediakan waktu khusus untuk bermunajat kepada –Nya. Kembali merenungi dan bermuhasabah diri. Asahlah kembali gergaji spiritualitas kita agar kembali tajam.
Hiburlah jiwa kita, berilah dia asupan nutrisi yang baik, sehingga kekeringan jiwa kita kembali tertetesi oleh embun-embun keimanan. Hiburlah jiwa kita dengan memperbanyak intensitas munajat kita kepada-Nya. Hiburlah jiwa kita dengan mentadaburi ayat-ayat-Nya. Hiburlah jiwa- jiwa kita dengan mendatangi taman-taman surga yang ada di dunia, majelis-majelis penumbuh keimanan, majelis-majelis dzikir. Hiburlah jiwa- jiwa kita dengan memperbanyak silaturahim, mengunjungi orang-orang shalih, mengunjungi karib kerabat. Hiburlah jiwa- jiwa kita dengan membaca kembali sejarah perjuangan para pendahulu kita, membaca kembali sejarah dan biografi Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Sahabat, marilah kita kembali berupaya mengkhusyukan jiwa dan hati kita, yang mungkin merasa lelah dan jenuh atas segala aktivitas dan rutinitas kita. Beristirahatlah sejenak dan bangkitlah kembali. Kembali merenungi perjalanan yang telah kita lakukan, melihat kembali karya yang telah kita torehkan. Beristirahatlah sejenak sahabat, lepaskanlah kepenatan itu, tataplah hari esok dengan kekhusyukan hati dan kedamaian jiwa.
“Belumkah datang saat bagi orang-orang beriman untuk mengkhusyukan hati dalam mengingat Allah dan dalam (menjalankan) kebenaran yang diturunkan. Dan bahwa hendaklah mereka tidak menjadi seperti orang-orang yang telah diberikan Alkitab sebelumnya (dimana) ketika jarak antar mereka (dengan sang Rasul) telah jauh, maka hati-hati mereka menjadi keras, dan banyak dari mereka menjadi fasik” (QS. Alhadid: 16)
Wallahua’lam bi showab.



Read more »

 

Asyiknya Menjadi Ayah

SPIRIT OF LIFE

SETETES EMBUN KEHIDUPAN

Catatanku

SEKILAS INFO