Pagi itu, sekitar pukul enam pagi, kereta yang aku tumpangi sampai di stasiun terakhir, stasiun kutoarjo. Setelah turun, segera kucari kereta berikutnya untuk melanjutkan perjalanan ke kota Solo. Kereta Pramex menjadi pilihan, sayang saya ketinggalan, kereta pramek sudah berangkat duluan. Dan akhirnya,sayapun harus menunggu beberpa jam sampai datang kereta berikutnya.
Beberapa jam kemudian kereta Pramek datang, saya pun beli tiket dan sesegera mungkin masuk ke dalam kereta, maklum waktu itu H-1 lebaran, kereta penuh sesak. Alhamdulillah saya dapat tempat duduk. Beberapa menit kemudian kereta Pramek meluncur dan perjalanan pulang ke Solo pun dimulai.
Perjalanan dari Jakarta semalam masih menyisakan rasa capek dan ngantuk yang tak tertahankan. Tiba-tiba datanglah seorang ibu beserta anak balita yang digendongnya. Karena bangku hanya cukup untuk satu orang, sang suami pun mengalah untuk berdiri sambil menjaga barang-barang bawaan.
Selama perjalanan kuamati balita kecil ini, mungkin umurnya belum ada satu tahun ,sekitar 7 bulanan. Kereta Pramek yang sumpek, menjadikan suasana nya menjadi gerah,panas. Si balita pun menangis, Sang Ibu pun tanggap, seolah-olah dia tahu seribu bahasa isarat yang diucapkan si mungil buah hatinya, dikipasilah si bayi sambil dijaknya bercanda dan akhirnya Si bayi kembali terdiam. Beberapa saat kemudian,si bayi menangis lagi, saya tidak tahu apa yang dimintanya.Sang ibu pun dengan sabarnya terus berusaha untuk menenagkannya,dikasihlah si bayi minum. Bayi kecil itu mulai minum dan terdiam kembali, seolah olah dia puas karena keinginannya terpenuhi. Kereta pramek, masih berjalan menyusuri persawahan menuju stasiun-stasiun berikutnya. Beberapa saat kemudian si bayi rewel lagi, saya tidak tahu apa yang dia inginkan. Sang Ibu tetap menghiburnya, dengan mainan, dan diajaknya si anak bercanda dengan penuh kasih sayang. Si anak pun tertawa kegirangan, beberapa saat kemudian Sang Ibu menyuapinya dengan makanan.
Stasiun demi stasiun terlewati, sampailah kereta pramek di Stasiun Jogjakarta.Beberapa penumpang turun dan beberapa lainnya baru akan naik. Setelah beberapa menit,kereta Pramek kembali di berangkatkan menuju Solo. Tak lama kereta berjalan, datanglah dua pasang suami istri, masing-masing juga membawa anak balita yang umurnya hampir sama, belum ada satu tahun. Bangku pramek ternyata sudah penuh, aku akhirnya memberikan kursiku untuk ibu-ibu itu. Pemandangan yang serupa aku lihat selama perjalanan, Si ibu selalu tanggap dan penuh kasih sayang menjaga buah hatinya. Bahasa-bahasa yang tak kupahami dari Si Bayi, mampu diterjemahkan dengan baik oleh sang Ibu. Sang Ibu memberikan rasa nyaman, dan tenteram bagi buah hatinya.
Sahabat, betapa mulianya seorang ibu, dengan penuh kesabaran, kasih sayang dia merawat dan menjaga buah hatinya. Saya membayangkan betapa repotnya seorang ibu yang harus berpergian jauh dengan anak balitanya, menggendong sana sini, menghibur, mengganti popok, menyuapi, kasih makan..ah betapa capeknya. Tapi semua itu dilakukannya,demi buah hatinya, mutiara kecilnya.
Bahasa-bahasa bayi yang sulit ku pahami, dengan mudah dipahami oleh mereka.”cup..cup..sayang..haus ya..minum sayang…cup-cup..panas ya..sini ibu kipasin”. Bahasa-bahasa kasih sayang yang selalu terngiang-ngiang di telinga saya. Betapa cintanya kasih seorang ibu terhadap anaknya. Ibu selalu tahu apa yang diinginkan anaknya. Ibu selalu tahu kapan dia harus memberikan makan, kapan dia harus memberikan minum, dan kapan dia harus istirahat. Baginya, biarlah masa istirahat dia terganggu asalkan anak balitanya tidak rewel dan dapat istirhat dengan baik.
Sosok Tiga bunda dan tiga balita, mengingatkanku kembali akan sosok ibu ku, seolah gambaran masa kecilku diputar kembali di hadapanku. Oh..betapa capeknya ibuku waktu itu. Dia selalu khawatir, apakah anaknya sudah makan apa belum, sehat apa tidak. Tapi kini,maaf kan anakmu ini,yang mungkin sering lupa akan dirimu.Sok sibuk dengan pekerjaan di kota,yang kadang lupa untuk sekedar menayakan kabar,sms,atau menelponmu.Ibu…Maafkan anakmu.”Ya Allah, ampunilah kedua orang tuaku dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku diwaktu kecil.Amin” (top).