Ketika istri saya pertama kali periksa kehamilan pertama kali di Jepara, yaitu
di salah satu dokter spesialis kandungan di dekat kost, ternyata mendapatkan
kesan yang kurang baik. Setelah mendaftar, dan dipersilahkan masuk, istri saya
dibantu seorang suster perempuan kemudian diperiksa dengan USG, entah karena
mungkin dokternya lagi kecapekan dia memberikan penjelasan bahwa istri saya
hamil, tapi hasil USG belum kelihatan dengan jelas, dokter itu menerangkannya
sambil ngantuk!. Kata susternya memang si dokter habis operasi pasien.
Yah..tidak sesuai dengan harapan kami, kami akan diberikan penjelasan yang
mendetail dan diberikan beberapa saran, kami sedikit kecewa.
Setelah kembali ke jakarta, saya harus mencari informasi terkait
dokter spesialis kandungan yang bagus dan dekat dengan rumah kontrakan. Jurus
‘Kebo Nyusu Gogle” kembali saya praktekan, saya mencari-cari informasi di
internet terkait dokter spesialis kandungan yang ada di jakarta selatan.
Kriteria awal nya kali ini adalah dokter perempuan, dikarenakan istri saya
lebih nyaman untuk periksa di dokter perempuan. Akhirnya kami menemukan RS di
dekat kantor yang ada dokter perempuannya, pilihan kami jatuh ke RSIA
Muhamadiyah Taman Puring. Kemudian kami melihat di jadwal ada beberapa nama
dokter perempuan, akhirnya kami memutuskan untuk periksa di situ secara rutin,
dengan menyesuaikan jadwal dokter dan jadwal kerja kami. Alhamdulillah, istri
saya cukup nyaman periksa disitu. Kami mendapatkan masukan-masukan dan
informasi yang kami butuhkan. Dan ternyata dokter ini mempunyai pasien yang
cukup banyak, jika weekend yang antri sampai malam. Untuk menghindari antrian,
kami memilih jadwal di pagi hari, kami datang kekantor dulu dan meminta ijin ke
atasan untuk periksa sebentar. Jika pagi hari antrian tidak terlalu banyak,
sehingga periksanya tidak terlalu lama. Saya sebagai suami selalu berusaha
menemani istri saya setiap kali periksa ke dokter kandungan. Selain merasa nyaman,
alhamdulillah biaya juga standar, tidak terlalu mahal.
Setelah menjelang kelahiran, istri saya pulang ke semarang. Di semarang,
istri saya sempat bingung untuk memilih dokter dan rumah sakit mana yang akan
membantu dia lahiran. Ada beberapa nama rumah sakit yang telah dicatat, salah
satu kriterianya adalah rumah sakit yang Pro Asi dan ada program IMD. Akan
tetapi ternyata rumah sakit itu jaraknya lumayan jauh dan jika ditambah dengan
kemacetan bisa ditempuh dengan waktu yang cukup lama.
Akhirnya kami mencoba untuk mencari informasi di rumah sakit di dekat
rumah mertua saya yang dulu istri saya pernah periksa di sini ketika mengalami
flek dan mendapat kesan yang kurang mengenakkan. Istri saya merasa dia malah di
takut-takuti dan tidak mendapat motivasi dari penjelasan dokter. Kebetulan hari
itu sudah saatnya kandungan istri saya diperiksa, saya mengantarkannya ke
dokter. Setelah periksa, untuk mengetahui dokter ini Pro IMD atau tidak, saya
dan istri saya mengajukan berbagai pertanyaan terkait IMD. Untung saya
sebelumnya sudah pernah membaca tentang IMD lewat jurus “Kebo Nyusu Gogle”.
Saya heran dengan jawaban dokternya dia menjelaskannya dengan ketus, tidak
sabaran. Saya terus mencoba memancingnya dengan berbagai pertanyaan, seperti
yang saya selalu praktekkan sejak semasa sekolah, untuk mengetahui isi
seseorang pancinglah dengan berbagai pertanyaan, dan sabarlah untuk tidak
terburu-buru menanggapi atau memotong. “Secara teori memang begitu, bayi yang
lahir langsung di tempelkan di dada ibu, tapi kan pasien kita bukan hanya ibu
seorang,” kurang lebih begitu penjelasan sang dokter, dan akhirnya saya dan
istri mengambil kesimpulan kita tidak akan memilih dokter dan rumah sakit ini
untuk tempat lahiran anak saya. Dan yang menjadikan alasan saya semakin kuat untuk
tidak memilih rumah sakit ini adalah, ketika saya memeriksakan mertua saya,
saya melihat pasien-pasien yang lain yang datang periksa hampir semuanya
diminta untuk rawat inap.
Dari situ saya mulai belajar, kita harus ulet dan selektif dalam memilih
dokter. Kita harus berhati-hati dengan dokter yang agak komersil. Cirinya akan
selalu mengarahkan pasien pada upaya-upaya rawat inap, operasi, meresepkan
obat-obatan mahal tanpa persetujuan pasien.
Beberapa tips dalam memilih dokter spesialis kandungan yang saya
pelajari dari buku catatan ayah asi diantaranya adalah :
- Pilih
yang Pro Asi, Pro IMD
- Tidak
menomorsatukan obat bisa menenangkan/nggak bikin panik (always positive), up-to-date (dilihat
dari keaktifannya mengikuti berbagai seminar/pelatihan kesehatan, dan
aktif (senang ditanya dan senang menjawab).
- Accesible
(mudah dihubungi, entah dengan media sms,telepon,email dan social media)
- Dekat
dengan rumah, menganut Rational Use of Medicine (RUM)
alias nggak gampang ngasih obat, sabar menerangkan, tangkas dalam
menjelaskan.
Jika beberapa hal diatas tidak terpenuhi misal dokternya judes, nggak
pro ASI, nggak mau menjelaskan, lebih baik tinggalkan saja dokter itu. Kita
lebih baik mencari alternatif dokter lain dengan cara jurus “Kebo Nyusu Gogle”,
atau lewat teman dan karib kerabat kita. Perlu diingat, dokter mahal belum
tentu bagus, dan dokter murah belum tentu jelek. Carilah dokter yang cocok
dengan kita dan cocok dengan anggaran kita, tidak menjadi masalah gonta-ganti
dokter, karena akhirnya kita sendirilah yang akan bertanggung jawab atas
kesehatan bayi dan istri kita. Satu hal lagi, jangan menyerah, dan selalu minta
rekam medis hasil pemeriksaan istri kita, hal ini akan sangat berguna ketika
kita memutuskan pindah dokter atau memutuskan untuk lahiran di daerah
asal.(top)
0 komentar:
Posting Komentar