Jumat, 24 Mei 2013

MEMILIH DOKTER SPESIALIS KANDUNGAN

Ketika istri saya pertama kali periksa kehamilan pertama kali di Jepara, yaitu di salah satu dokter spesialis kandungan di dekat kost, ternyata mendapatkan kesan yang kurang baik. Setelah mendaftar, dan dipersilahkan masuk, istri saya dibantu seorang suster perempuan kemudian diperiksa dengan USG, entah karena mungkin dokternya lagi kecapekan dia memberikan penjelasan bahwa istri saya hamil, tapi hasil USG belum kelihatan dengan jelas, dokter itu menerangkannya sambil ngantuk!. Kata susternya memang si dokter habis operasi pasien. Yah..tidak sesuai dengan harapan kami, kami akan diberikan penjelasan yang mendetail dan diberikan beberapa saran, kami sedikit kecewa.
Setelah  kembali ke jakarta, saya harus mencari informasi terkait dokter spesialis kandungan yang bagus dan dekat dengan rumah kontrakan. Jurus ‘Kebo Nyusu Gogle” kembali saya praktekan, saya mencari-cari informasi di internet terkait dokter spesialis kandungan yang ada di jakarta selatan. Kriteria awal nya kali ini adalah dokter perempuan, dikarenakan istri saya lebih nyaman untuk periksa di dokter perempuan. Akhirnya kami menemukan RS di dekat kantor yang ada dokter perempuannya, pilihan kami jatuh ke RSIA Muhamadiyah Taman Puring. Kemudian kami melihat di jadwal ada beberapa nama dokter perempuan, akhirnya kami memutuskan untuk periksa di situ secara rutin, dengan menyesuaikan jadwal dokter dan jadwal kerja kami. Alhamdulillah, istri saya cukup nyaman periksa disitu. Kami mendapatkan masukan-masukan dan informasi yang kami butuhkan. Dan ternyata dokter ini mempunyai pasien yang cukup banyak, jika weekend yang antri sampai malam. Untuk menghindari antrian, kami memilih jadwal di pagi hari, kami datang kekantor dulu dan meminta ijin ke atasan untuk periksa sebentar. Jika pagi hari antrian tidak terlalu banyak, sehingga periksanya tidak terlalu lama. Saya sebagai suami selalu berusaha menemani istri saya setiap kali periksa ke dokter kandungan. Selain merasa nyaman, alhamdulillah biaya juga standar, tidak terlalu mahal.
Setelah menjelang kelahiran, istri saya pulang ke semarang. Di semarang, istri saya sempat bingung untuk memilih dokter dan rumah sakit mana yang akan membantu dia lahiran. Ada beberapa nama rumah sakit yang telah dicatat, salah satu kriterianya adalah rumah sakit yang Pro Asi dan ada program IMD. Akan tetapi ternyata rumah sakit itu jaraknya lumayan jauh dan jika ditambah dengan kemacetan bisa ditempuh dengan waktu yang cukup lama.
Akhirnya kami mencoba untuk mencari informasi di rumah sakit di dekat rumah mertua saya yang dulu istri saya pernah periksa di sini ketika mengalami flek dan mendapat kesan yang kurang mengenakkan. Istri saya merasa dia malah di takut-takuti dan tidak mendapat motivasi dari penjelasan dokter. Kebetulan hari itu sudah saatnya kandungan istri saya diperiksa, saya mengantarkannya ke dokter. Setelah periksa, untuk mengetahui dokter ini Pro IMD atau tidak, saya dan istri saya mengajukan berbagai pertanyaan terkait IMD. Untung saya sebelumnya sudah pernah membaca tentang IMD lewat jurus “Kebo Nyusu Gogle”. Saya heran dengan jawaban dokternya dia menjelaskannya dengan ketus, tidak sabaran. Saya terus mencoba memancingnya dengan berbagai pertanyaan, seperti yang saya selalu praktekkan sejak semasa sekolah, untuk mengetahui isi seseorang pancinglah dengan berbagai pertanyaan, dan sabarlah untuk tidak terburu-buru menanggapi atau memotong. “Secara teori memang begitu, bayi yang lahir langsung di tempelkan di dada ibu, tapi kan pasien kita bukan hanya ibu seorang,” kurang lebih begitu penjelasan sang dokter, dan akhirnya saya dan istri mengambil kesimpulan kita tidak akan memilih dokter dan rumah sakit ini untuk tempat lahiran anak saya. Dan yang menjadikan alasan saya semakin kuat untuk tidak memilih rumah sakit ini adalah, ketika saya memeriksakan mertua saya, saya melihat pasien-pasien yang lain yang datang periksa hampir semuanya diminta untuk rawat inap.
Dari situ saya mulai belajar, kita harus ulet dan selektif dalam memilih dokter. Kita harus berhati-hati dengan dokter yang agak komersil. Cirinya akan selalu mengarahkan pasien pada upaya-upaya rawat inap, operasi, meresepkan obat-obatan mahal tanpa persetujuan pasien.
Beberapa tips  dalam memilih dokter spesialis kandungan yang saya pelajari dari buku catatan ayah asi diantaranya adalah :
  •  Pilih yang Pro Asi, Pro IMD
  • Tidak menomorsatukan obat bisa menenangkan/nggak bikin panik (always positive), up-to-date (dilihat dari keaktifannya mengikuti berbagai seminar/pelatihan kesehatan, dan aktif (senang ditanya dan senang menjawab).
  • Accesible (mudah dihubungi, entah dengan media sms,telepon,email dan social media)
  •   Dekat dengan rumah, menganut Rational Use of Medicine (RUM) alias nggak gampang ngasih obat, sabar menerangkan, tangkas dalam menjelaskan.
Jika beberapa hal diatas tidak terpenuhi misal dokternya judes, nggak pro ASI, nggak mau menjelaskan, lebih baik tinggalkan saja dokter itu. Kita lebih baik mencari alternatif dokter lain dengan cara jurus “Kebo Nyusu Gogle”, atau lewat teman dan karib kerabat kita. Perlu diingat, dokter mahal belum tentu bagus, dan dokter murah belum tentu jelek. Carilah dokter yang cocok dengan kita dan cocok dengan anggaran kita, tidak menjadi masalah gonta-ganti dokter, karena akhirnya kita sendirilah yang akan bertanggung jawab atas kesehatan bayi dan istri kita. Satu hal lagi, jangan menyerah, dan selalu minta rekam medis hasil pemeriksaan istri kita, hal ini akan sangat berguna ketika kita memutuskan pindah dokter atau memutuskan untuk lahiran di daerah asal.(top)


0 komentar:

Posting Komentar

 

Asyiknya Menjadi Ayah

SPIRIT OF LIFE

SETETES EMBUN KEHIDUPAN

Catatanku

SEKILAS INFO