Malam itu, sekitar pukul dua dini hari aku
mendapatkan sms dari umi mu, dia mengabarkan perutnya mulai mulas dan tidak
bisa tidur. Paginya, abi telpon, agar umi segera periksa di bidan
terdekat. Abi sudah mulai khawatir, umi
mu akan segera melahirkan,padahal abi masih di jakarta.
Kurang lebih
pukul 07.00 pagi, umi mu sms bahwa dia
sudah periksa ke bidan, kata bidan masih bukaan satu, dan umimu di suruh pulang
dulu, habis maghrib baru datang ke bidan lagi. Abi pun mulai bingung, Jakarta
hari itu sedang dilanda banjir, beberapa alat transportasi tidak beroperasi,
bus trans jakarta juga tidak beroperasi, jalan-jalan protokol masih tergenang
air. Abi pun mulai mencari-cari informasi lewat berita di televisi, dan
internet tentang keadaan jakarta pagi itu.
Niat abi sudah bulat, pagi ini abi harus pulang
ke semarang dan mengantarkan serta mendampingi umi mu ke bidan. Beberapa
pakaian sudah abi siapkan, keputusan
harus diambil mau pilih mode transportasi yang mana, bis di lebak bulus,
tapi sudah kelewat jam paginya, pesawat di Soekarno Hatta,juga belum beli tiket
dan takut macet di jalan menuju bandaranya, akhirnya pilihan abi jatuh ke
stasiun Gambir,ya mencari kereta paling pagi.
Abi coba telphone taksi, tetapi pagi itu lagi
full, susah nyari armada yang kosong dan mau mengantar, akhirnya abi naik bajai
ke jalan untuk cari taksi di jalan.Beberapa menit abi tunggu, tidak
muncul-muncul juga, padahal abi harus beli tiket kereta dulu. Kereta paling
pagi jam 07.30 telah berangkat, kereta berikutnya jam 09.30. Lama dan
lama,taksi tdak muncul-muncul, akhirnya abi cari ojek di sekitar jalan itu.
Alhamdulillah ada bapak-bapak tua yang mau mengantar. Sempat bapak tukang ojek
itu berdiskusi dengan rekannya tentang
jalur yang bisa dilewati. Akhirnya, bismillah kami memutuskan untuk lewat jalur
bundaran HI yang saat itu sedang terkena banjir. Sempat rintik-rintik hujan
gerimis membasahi baju abi dan tukang
ojek itu, tapi perjalanan kami tetap kami lanjutkan.
Alhamdulillah, bapak tukang ojeknya sangat
sabar, dengan pelan namun pasti, kami melewati kubangan-kubangan air yang
menggenangi jalanan protokol. Jalan –jalan yang berserakan, lumpur, genangan
air, motor mogok, orang berjalan kaki, mobil-mobil yang berjajar, lalu lintas
yang semrawut, menjadi poret ibu kota pagi itu. Akhirnya sektitar jam 09.15 abi
sampai stasiun, dengan celana sedikit basah, abi berlari menuju toilet untuk
cuci kaki lalu bergegas ke penjualan tiket.
Antrian ternyata masih agak panjang, padahal jika sesuai jadwal , 10
menit lagi kereta akan berangkat.
Alhamdulillah, abi akhirnya bisa mendapatkan
tiket, dan segera berlari ke kereta. Abi bise menghela nafas dengan lega,
kereta belum berangkat. Sekitar pukul 9.40an, kereta Eksekutif Argo Anggrek
berangkat, walaupun sempat berhenti lama di stasiun manggarai, mungkin ada
masalah karena banjir. Dan akhirnya hal ini berdampak ke jadwal kedatangan yang
molor.
############
Akhirnya, sekitar pukul 17.00 abi sampai rumah
eyang di semarang, setelah mandi, makan, sholat maghrib, abi dan eyang putri
mengantar umi ke bidan. Setelah diperiksa ternyata masih bukaan 3, disuruh
banyak jalan-jalan. Abi pun menemani di sana, tamapak jelas, umi mu menahan
sakit yang luar biasa ketika terjadi kontraksi. Tapi umi mu nampak kuat, dia
nggak berteriak-teriak, apalagi menampar atau mencubit. Cukup dengan menyuruh
kami diam, dan tidak berbicara ketika dia merasakan kontraksi. Sambil memegang
erat tangan abi,umi mu terus berdzikir sambil menahan sakit.
Kontraksi semakin lama semakin banyak dan
intens, sekitar pukul 23.00 umi mu diperiksa kembali, dan ternyata baru bukaan lima. Umi
mu di suruh untuk istirahat, akan tetapi karena menahan rasa sakit yang luar
biasa, umi mu tetap terjaga, Abi pun ikut terjaga mendampinginya. Semakin
malam, semakin sering kontraksi,..samapi akhirnya umi mu di suruh pindah ke
ruang bersalin sama bidannya. Abi pun hanya mendampingi sambil memegang tangan
umi mu.
Sekiar
pukul 02.00 WIB, sudah mulai ada tanda-tanda akan melahirkan. Dikarenakan ruang
bersalinnya sempit, dan bidan harus di bantu para asistennya, abi disuruh
menunggu di luar. Perasaan abi saat itu campur aduk, tidak bisa mendampingi di
dalam, walaupun aku masih bisa mendengar suara dari dalam ruang bersalin.
Ketika suara aba-aba dari bidan untuk umimu menarik napas, mengejan, degup
jantung abi pun berdegup dengan cepat, pasrah dan senantiasa berdoa untuk
keselamatan umi dan kamu. Rasa lelah, kantuk, tak mampu mengalahkan kecemasan
abi waktu itu, sedangkan eyangmu juga panik, berjalan mondar-mandir ingin
melihat putrinya yang sedang berjuang untuk melahirkan anaknya.
Dan akhirnya, sekitar pukul 02.40 suara
tangisan itu mencairkan suasana, suara tangisan bayi yang sangat keras,
alhamdulillah kamu lahir, sujud syukur pun langsung abi lakukan. Akhirnya abi
diperbolehkan masuk, walaupun proses persalinan belum selesai, masih memotong
tali pusar,dan mengeluarkan ari –ari. Betapa bahagianya abi ketika melihat kamu
dipelukan umimu, berbalut handuk putih kamu menendang-nendang perut ibumu
sambil mencari puting ibumu. Ibumu pun tersenyum bahagia melihat anaknya telah
lahir, seorang laki-laki. Ku kecup kening ibumu, tampak senyuman-senyuman di
bibirnya menutupi segala sakit dan kelelahan yang dialaminya.
Beberapa saat kemudian abi mengadzanimu,
walaupun masih terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai hal ini, hanya satu
keyakinan abi, bahwa hal yang ingin abi pertama kali perdengarkan kepadamu
bukanlah pujian akan gantengnya anakku,miripnya anakku, akan tetapi adalah
kalimat pujian,dan persaksian bahwa Allah lah Tuhanmu, Allah lah yang
menciptakanmu.
Setelah itu, umi mu pun dibersihkan, abi terus
mendapinginya, umimu sangat kelelahan, samapai dia pun terlelap dan tertidur.
Nak, satu hal yang pasti, ibumu merasakan sakit yang amat sangat, itulah yang
abi lihat, energinya terkuras habis.Nak, tahukah engkau tubuh
manusia hanya dapat menahan rasa sakit hingga 45 del (unit) rasa sakit. Namun
pada saat melahirkan, seorang ibu merasakan hingga 57 del (unit) rasa sakit.
Ini setara dengan mengalami 20 patah tulang dalam satu waktu. Maha Suci Allah, sungguh luar biasa pengorbanan
umi mu, berjuang antara hidup dan mati, maka kelak berbaktilah dengan
sungguh-sungguh kepadanya, buat dia bangga karena melahirkanmu, buat dia bangga
dengan kesholehanmu, jangan lah sekali-kali engaku mendurhakainya. Kelelahan
abi mulai dari jakarta, tidak tidur malam, belum ada apa-apanya dibandingkan
rasa sakit yang dialami ibumu 26 jam terakhir hingga engkau lahir.Sekali lagi,
hormatilah ibu mu nak!.Pagi itu, segera ku beritahukan kelahiranmu, kabar
bahagia ini ke eyang mu di wonogiri, alhamdulillah, sekarang eyang punya cucu
seorang laki-laki.
Nak, abi dan umi mu sangat bersyukur atas
kelahiranmu, beberapa waktu yang lalu kami telah menyiapkan sebuah nama untuk
mu. Mungkin Shakespeare pernah bialang” Apalah artinya sebuah nama”, tapi bagi
kami, nama adalah wujud doa, harapan dan cita-cita. Kami berharap setiap
panggilan terhadapmu adalah doa, dan ketika mengingat namamu maka mengingatkan
akan cita-cita kehadiranmu kedunia. Sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW dalam
sebuah hadist “Sesungguhnya kalian akan diseru pada hari kiamat dengan
nama-nama kalian dan nama-nama ayah
kalian, maka perbaguslah nama kalian”. (HR Abu Dawud). Maka kami berusaha
mencari nama yang baik untukmu, karena nama yang baik adalah hakmu.
Nak, kami memberimu nama MUHAMMAD RAFIF HIDAYAT, Muhammad menegaskan engkau adalah umat nabi
Muhammad. Beliaulah panutanmu, beliaulah teladanmu, semoga engkau mampu
meneladani sifat-sifat kebaikan beliau yang mulia. Sedangkan Rafif berarti
orang yang berakhlak baik, ini adalah doa kami semoga kamu menjadi orang yang
berakhlak baik, dan setiap orang yang memanggilmu ikut mendoakanmu menjadi
orang yang berakhlak baik. Akhlak yang baik adalah buah dari keimanan,
sebagaimana pohon tauhid yang akarnya kuat menghujam yang akhirnya menghasilkan
buah berupa akhlak yang baik. Keimanan tidak ada nilainya
tanpa akhlak. Inilah makna yang diisyaratkan oleh Rasulullah dalam sabda
beliau,Iman bukanlah dengan angan-angan, akan tetapi apa yang bersemayam di
hati dan dibuktikan oleh perbuatan. (HR. Dailami dalam musanadnya). Nak, di dalam sabda
nya yang lain Rasulullah SAW Rasulullah pernah ditanya, “Apa agama
itu?”Beliau menjawab, “Akhlak yang baik.”Kemudian beliau ditanya tentang
kesialan. Beliau menjawab, “Akhlak yang buruk.” (HR. Ahmad). Sedangkan
Hidayat adalah nama abimu, dan semoga dalam hidupmu senantiasa dinaungi hidayah
dari Allah SWT.Aamiin.
Selamat datang
anakku, MUHAMMAD RAFIF HIDAYAT, semoga engkau menjadi anak yang sholeh, menjadi
anak yang ber akhlak baik, bermanfaat bagi keluarga,agama,masyarakat,bangsa dan
negara.Aamiin