Ada sebuah kisah dari seorang ayah bijak yang
menasehati anak lelakinya yang suka marah-marah dan temperamental. Suatu pagi
si anak diajak ke kandang sapi di samping rumahnya.” Nak, ayo kita tengok
kandang sapi kita, sambil tolong bawakan sekarung paku dan jangan lupa bawa
palunya”.” Siap yah, paku dan palunya sudah aku siapkan semua”.Bergegaslah ayah
dan anak ini menuju kandang sapi di samping rumahnya, setibanya di sana sang
ayah mengatakan”Anakku, jika engkau marah maka tanamkan paku di pagar kandang
sapi milik kita ini, semakin engkau marah,pukulah keras-keras paku itu,begitu
seterusnya”.
Sejak saat itu, ketika si anak marah-marah kepada
orang lain, dia membenamkan satu paku di pagar, semakin ia marah semakin keras
ia pukul paku itu. Sebulan kemudian, dengan bangga dia menunjukkan hasil
karyanya itu kepada ayahnya. “Ayah, nie hamper semua pagar di kandang sapi kita
dah penuh dengan paku-paku yang aku tancap kan, hebat kan?!”. Sang ayah pun
hanya tersenyum, sambil berkata “ Baiklah nak, sekarang jika kamu mampu menahan
marah, atau bahkan bisa minta maaf kepada orang lain, cabut paku itu satu
persatu, sanggup nggak?”.”Oke yah, aku sanggup”jawab si anak.
Sebulan kemudian, ayahnya bertanya”Sudahkah semua
paku di cabut?”. Dengan mantab dan bangganya si anak menjawab”Tentu sudah dong
yah. Sambil tersenyum, si Ayah mengajak anak laki-laki nya itu semakin mendekat
ke pagar sambil berkata “ Nak, memang semua paku yang telah engkau tanam sudah
dicabut, tapi lihatlah dengan seksama, bekas-bekas lubang paku itu masih
terlihat dengan jelas. Hal itu berarti ketika kita marah, kita menanamkan luka
yang dalam di hati orang tersebut, walapun akhirnya kita sudah meminta maaf,hal
itu tetap meninggalkan luka hati yang menganga.
………………………………………………………………………………………………
Sahabat, tentunya anda pernah
merasakan marah, sebuah rasa yang membuat diri kita tidak nyaman, sebuah rasa
yang membuat dada kita seolah-olah sempit , sesak, urat-urat menegang, mata
merah, rasa panas seolah-olah ada bara yang menyala dalam dada kita. Marah
adalah tabiat yang pasti ada dalam diri manusia, akan tetapi yang menjadi
permasalahan adalah bagaimanakah cara kita melampiaskan kemarahan kita, apakah
proporsional atau tidak, apakah pas atau tidak.
Kematangan emosi kita akan di
uji saat kita mengalami gejolak emosi dan kemarahan, dengan apakah kita
melampiaskannya,mampukah kita mengontrolnya?. Kadangkala karena ketidakmampuan
kita mengontrol amarah, maka seringlah keluar umpatan-umpatan,
tindakan-tindakan dan perangai kasar dari diri kita, dan itu menyakiti orang di
sekitar kita. Betapa banyak kasus seorang suami menganiaya istrinya, seorang
ayah menganiaya anak nya, seorang anak membunuh orang tuanya, seorang teman
melukai sahabatnya, seorang atasan memaki dan mempermalukan bawahannya, itu
semua terjadi karena kita kurang bisa mengontrol rasa marah ini. Mengobati luka
paku yang telah di tancapkan bukanlah sebuah proses yang mudah, seringkali
luka-luka itu menjadi sebuah dendam, menjadi sebuah kebencian yang semakin lama
semakin besar, dan hal itu kadang tak cukup hanya dengan meminta maaf ataupun
sungkem di hari raya.
Sahabat, sudah sepantasnyalah
kita mnyadari bagaimana respon kita menghadapi kemarahan.Sebagai seorang muslim
kita diajarkan untuk mempunyai akhlak yang baik sebagai buah dari keimanan
kita. Seorang muslim adalah orang yang mempunyai akhlak terpuji, berhias dengan
kesabaran dan rasa malu, berpakaian tawadhu dan kasih sayang kepada sesama.
Dalam dirinya terpancar tanda-tanda kejantanan, mampu menahan segala beban,
pemaaf, serta mempunyai wajah yang berseri-seri dalam keadaan apapun.
Dan ternyata Rasulullah saw
telah memberikan arahan kepada seorang sahabat yang meminta nasehat, dengan
sebuah ungkapan dan nasehat yang sanga singkat” Jangan marah!”. Sebagaimana
tersebut dalam sebuah hadist: Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, ada seorang lelaki berkata kepada Nabi shollallohu ‘alaihi
wa sallam, “Berilah saya nasihat.” Beliau shollallohu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan marah.” Lelaki
itu terus mengulang-ulang permintaannya dan beliau tetap menjawab, “Jangan
marah.” (HR. Bukhari). Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rohimahulloh juga
mengatakan, “Bukanlah maksud beliau adalah melarang memiliki rasa marah. Karena
rasa marah itu bagian dari tabi’at manusia yang pasti ada. Akan tetapi maksudnya
ialah kuasailah dirimu ketika muncul rasa marah. Supaya kemarahanmu itu tidak
menimbulkan dampak yang tidak baik.
Tidak dapat dipungkiri bahwa
kemarahan mempunyai dampak negatif terhadap diri kita sendiri dan
masyarakat. Dampak negatif ini bersifat fisik, akhlak dan ruhiyah. Ketika kita
marah, warna kulit berubah, tekanan darah naik, badan gemetar, gerakan
kacau,suara meninggimembentak,mencaci dan boleh jadi mengeluarkan kata-kata
yang diharamkan.Bahkan dalam buku Emosi Yang Mematikan, Don Colbert, MD,
mengatakan bahwa kemarahan memiliki dampak terhadap munculnya penyakit-
penyakit seperti hipertensi, sakit maag, jantung,tremor, dan bahkan kanker.
Sedangkan dampaknya terhadap masyarakat kemarahan akan melahirkan rasa iri dan
dendam, permusuhan antara karib kerabat, putusnya tali silaturahmi, kebencian
yang menjalar, kerusuhan,tawuran, sehingga kehidupan masyarakat menjadi rusak
dan hancur.
Sahabat, begitu hebat dan
merusaknya dampak dari kemarahan yang tidak terkontrol,apa jadinya keluarga
jika setiap anggota keluarganya selalu diliputi rasa marah, apa jadinya
masyarakat jika setiap warganya diliputi ras dendam, rasa marah, apa jadinya
sebuah negara jika seorang pemimpin, pejabat-pejabatnya selalu diliputi rasa
benci dan dendam? Tentu akan timbul keruskan yang ada di bumi ini.
Tips Mencegah Marah
DR. Musthafa Dieb Al-Bugha dalam
bukunya Al Wafie Fi syarhil Arba’in An –Nawawiyah
menyebutkan beberapa tips mencegah atau meredam kemarahan, diantaranya adalah :
1.
Melatih jiwa dengan akhlak terpuji, seperti sabar,
lemah lembut, tidak tergesa-gesa dalam segala hal dan lain sebagainya.
2.
Mengingat-ingat dampak dari marah, keutamaan meredam
amarah dan keutamaan memaafkan orang yang berbuat salah. Allah swt. Berfirman :
“ Dan orang yang bisa meredam amarah dan memaafkan orang lain. Dan Allah
mencintai orang-orang yang berlaku ihsan.” (QS. Ali ‘Imron : 134).
3.
Ta’awudz, (mengucapkan Audzu billahi
minasyaithonirrojiim).Allah swt. berfirman “ Dan jika engkau ditimpa
godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” ( QS. Al-A’raf: 200)
4.
Mengubah Posisi
Rasulullah shollallohu
‘alaihi wa sallam juga pernah menasihatkan, “Apabila salah
seorang dari kalian marah dalam kondisi berdiri maka hendaknya dia duduk. Kalau
marahnya belum juga hilang maka hendaknya dia berbaring.” (HR. Ahmad,
Shohih)
5.
Menghentikan Bicara
Rasulullah saw .
bersabda. “ Jika salah seorang diantara kamu marah maka diamlah.”Nabi saw.
Mengucapkannya tiga kali” (HR.Imam Ahmad,Tirmidzi, dan Abu Dawud)
6.
Berwudhu.
Rasulullah saw
bersabda, “Sesungguhnya amarah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api.
Jika seorang di antara kalian marah maka berwudhulah.” ( HR.Ahmad dan Abu
Dawud).
Marah karena mencari keridhaan Allah swt
Marah yang harus dijauhi oleh setiap
muslim adalah marah yang didasari dendam dan bukan untuk membela ajaran Allah
swt. Adapun marah untuk membela agama Allah swt, atau membela kehormatan
seorang muslim yang diinjak-injak, maka marah seperti ini diperbolehkan.Dalam
riwayat Bukhori disebutkan bahwa Rasulullah saw lebih pemalu daripada seorang
gadis dalam pinangan. Jika beliau melihat sesuatu yang tidak disukai, makakami
bisa mengetahui dari wajahnya.” Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah
saw, tidak pernah marah. Namun jika larangan Allah dilanggar, maka tidak ada
sesuatu pun yang dapat meredam kemarahannya’ (HR.Bukhari, Muslim,dan yang
lain).
Sahabat,sejenak marilah kita
evaluasi diri kita, kita latih terus diri kita agar mampu menempatkan marah
sesuai tempatnya, mampu mengontrol emosi sebagai ciri kematangan jiwa kita,
Berfikir kembali, merenung, kenapa kita harus marah, dan apa dampak nya ketika
kita marah. Cepat marah adalah tanda lemahnya seseorang, meskipun ia memiliki
lengan yang kuat dan badan yang sehat sebagaimana diriwayatkan dari Abu
Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda” Orang yang kuat, bukanlah
karena jago dalam gulat. Orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai
dirinya ketika marah” (HR.Bukhari dan Muslim).Oleh karena itu sahabat,
jadilah hamba-hamba Allah yang kuat, hamba Allah yang tidak mudah marah.Jangan
Marah!
Wallahua’lam bi showab.