Tentunya setiap
pasangan suami istri akan sangat bahagia jika telah diberikan anugerah oleh
Tuhan berupa kehamilan. Kehamilan istri
bagi saya adalah sebuah rezeki yang begitu besar yang dititipkan Tuhan kepada
kami, karena bagi saya, rezeki itu tak hanya berwujud harta/uang. Kesehatan,
istri yang sholihah dan keturunan yang sholeh/sholehah juga merupakan
bentuk-bentuk rezeki. Banyak pasangan yang secara materi diberikan karunia yang
melimpah, akan tetapi belum diberikan rezeki berupa momongan. Dan tiada yang
pantas terucap kecuali syukur Alhamdulillah.
Bagi seorang
suami, tugas memberikan nafkah lahir dan batin merupakan sebuah kewajiban.
Kalaupun ada istri yang bekerja atas ijin suami itu hanyalah bantuan dari istri
kepada suami, tanggung jawab tetap pada suami. Dengan kondisi istri saya yang
hamil, saya harus berusaha merencanakan anggaran bukan hanya untuk kami berdua,
akan tetapi juga buat bayi saya kelak. Bagi saya, yang seorang pegawai biasa,
dan hidup di Jakarta, saya dituntut untuk menghemat beberapa anggaran agar
tidak besar pasak dari pada tiang. Memang di beberapa kasus, kadang saya sudah
merencanakan penganggaran akan tetapi jebol di tengah jalan, yah tidak apa-apa
untuk pembelajaran.
Sejak istri
dinyatakan positif hamil, saya harus menghemat beberapa post pengeluaran,
apalagi diawal awal kehamilan saya masih LDR dengan istri saya. Saya harus
memikirkan biaya transport untuk mengunjungi istri saya di jepara. Post yang
bisa dikurangi adalah makan, karena bagi saya makan tidak harus mahal, yang
penting bergizi . Jika misal sebelumnya makan pakai ayam, telor, bisa diganti
dengan tahu atau tempe, jika biasanya minum es teh manis bisa diganti dengan teh
tawar atau air putih. Jika biasanya menganggarkan untuk beli baju baru, ya kita tahan dahulu.
Alhamdulillah saya tidak merokok, jadi tidak ada pengeluaran untuk beli rokok,
akan tetapi bagi suami yang mungkin merokok, bisa dicoba untuk dikurangi
merokoknya, syukur-syukur bisa berhenti merokok. Setiap suami mungkin akan
berbeda di post mana dia bisa menghemat anggara, tergantung kondisi
masing-masing.
Ketika gajian,
setelah dikurangi untuk zakat,infaq atau shodaqoh, dan kewajiban bulanan
lainnya seperti listrik, saya dan istri
memisahkan anggaran untuk persiapan melahirkan di rekening terpisah. Harapannya
agar tidak di otak-atik, walapun kadang saya masih suka otak-atik sedikit.hehe.
Selain itu, saya juga harus menganggarkan biaya untuk periksa rutin tiap bulan
ke dokter spesialis. Periksa tiap bulan ke dokter spesialis ini adalah pilihan,
tidak wajib, bisa lewat bidan atau dikommbinasikan antara bidan dan dokter
spesialis. Bagi kami saat itu, saya dan istri sangat pengin tahu perkembangan
janin tiap bulan, makanya kami pilih dokter spesialis yang ada fasilitas USG
nya. Anggaran periksa sudah termasuk
untuk biaya suplemen/multivitamin yang diberikan.
Untuk masalah
gizi ibu hamil, bisa dicari menu yang walaupun murah tapi kaya akan gizi, missal
tempe,tahu,sayur-sayuran serta buah-buahan. Sebagai suami tidak ada salahnya
menahan dan mengalah untuk memberikan menu yang disukai dan terbaik buat istri
dan janinnya.
Selain makan dan
periksa, hal yang perlu dianggarkan adalah kebutuhan/perlengkapan bayi baru
lahir. Tidak harus beli sekaligus banyak, tapi di sesuaikan dengan kebutuhan, karena
pertumbuhan bayi biasanya cepat, banyak baju yang akhirnya tidak dipakai dikarenakan
sudah tidak muat. Cukup beli kebutuhan pokok bayi yang baru lahir serta
kebutuhan ibu pasca melahirkan. Untuk baju, jangan beli banyak-banyak soalnya
banyak yang ngasih kado (hehe..ngarep.com).
Anggaran
berikutnya yang sangat penting adalah biaya melahirkan. Kita harus pro aktif
mencari rumah sakit yang bagus dan terjangkau biayanya. Jika anda pegawai/pns
coba tanyakan apakah ada fasilitas asuransi askes atau jamsosteknya. Waktu itu
saya dan istri akhirnya memilih untuk melahirkan di Bidan, selain murah, banyak
pertimbangan dan penilaian yang telah kami lakukan.
Jika
anda seperti saya, keluarga yang merantau , atau berstatus sebagai kontraktor
(ngontrak-red), kebanyakan istri dan suami akan memilih untuk melahirkan di
daerah asal, sehingga biaya transport pulang sebelum lahiran perlu dianggarkan,
mode transportasi apa yang mau dipilih juga harus dipertimbangkan pada saat itu
saya memilih kereta api.
Selain
beberapa anggaran di atas, saya juga menganggarkan untuk biaya aqiqah. Pada
waktu itu, hasil USG menunjukkan insyaallah anak saya laki-laki, jadi saya
harus menyaiapkan anggaran untuk beli 2 kambing beserta biaya masaknya. Banyak
pilihan penyedia jasa aqiqah, biasanya sudah berbentuk paket-paket, jadi kita
bisa menyesuaikan paket yang kita pilih dengan anggaran kita. Oleh karena itu,
survey dan pencarian informasi akan jasa aqiqah harus di lakukan.
Memang
kelihatannya butuh banyak anggaran, tapi bagi saya, saya yakin Tuhan telah
mengukur kadarnya. Saya yakin bahwa anak membawa rezeki yang telah Tuhan
karuniakan kepadanya. Tinggal kita memaksimalkan ikhtiar dan memperbanyak doa,
rezeki muncul dari arah yang tidak disangka-sangka.
Akhirnya kita
manusia hanya merencanakan, termasuk dalam persiapan financial menuju kelahiran
buah hati kita. Tidak perlu khawatir jika tidak terpenuhi, jika sampai hari H ada
pengeluaran ekstra. Yang lebih baik kita pikirkan adalah keselamatan ibu dan
bayi dari pada kita memikirkan berapa dana yang kita keluarkan, karena Anak
adalah investasi masa depan, investasi dunia akherat. Wallahua’lam. (top)