Pagi
itu, pagi yang cerah, seperti biasa ku lalui aktivitasku seperti biasa. Harus
bangun pagi, mampir di warung dulu..beli nasi pecel…lalu berangkat ke sekolah.
Ya..dengan ceria berjalan kaki dari kost, memang sekolah ku tak terlalu jauh
jaraknya dari kost.
Wow..sudah banyak yang datang
ternyata, aku kira masih kepagian. Gerbang khas sekolah, pohon beringin tua dan
bangunan sekolah yang “jadul” dan kuno, pemandangan yang setiap pagi kulihat
waktu aku sekolah di SMU itu. Tapi jangan salah walaupun tampilan luarnya yang
antik dan kuno, tapi SMA ku termasuk salah satu sekolah favorit di kota
bengawan.
Langkahku pun ku lanjutkan,
melewati lorong kelas, menuju kelas di lantai paling bawah. Ya di bawah, karena
waktu itu aku masih duduk di kelas satu SMA. Aku masuk ke salah satu ruangan
kelas, tepatnya kelas 1.6. Wah teman-temanku sudah banyak yang datang, mereka
sudah memenuhi bangku-bangku dikelas itu. Tapi seperti biasa, empat meja
terakhir bagian pojok, itu bagianku dengan teman-temanku. Pojok belakang, yah memang
nyaman..duduk di pojok, kalau ngantuk tingal tundukkan kepala sedikit. Pojok
kelas 1.6…yang memang sangat nyaman.
Seperti biasa, namanya juga anak
SMU, sering usil, iseng, kadang kami dulu ketika waktu senggang ada yang bermain
catur, asah otak katanya, atau adu panco..wow..biar kelihatan “ macho” gitu. Tapi
ada satu aktifitas lucu dan sepele yang sampai sekarang aku kadang tertawa
mengingatnya. Ya..entah yang memulai siapa, setiap orang yang duduk dipojok itu
tangannya usil membuat lubang kecil. Cuma iseng sih..pertama memang cuma
sebesar lubang paku. Sambil mendengarkan pelajaran dari guru, tangan kami tidak
berhenti beraktifitas. Tangan kami masih terus mengebor tembok itu, walau hanya
dengan bolpoint. Entah kenapa, teman –teman yang kebetulan duduk di situ juga
turut berpartisipasi. Lubang yang semula hanya sebesar lubang paku pun, hari
demi hari semakin dalam. Hingga suatu saat kami menemukan alat baru, kayaknya
lebih efektif buat ngebor tembok. Memang kreatif juga anak-anak, jangka
disamping papan tulis, dan biasanya digunakan untuk menggambar di waktu
pelajaran matematika pun kami ambil. Di salah satu bagiannya ada bagian yang
lancip, dan satu bagiannya untuk tempat kapur. Ngebor terus…..pokoknya, entah waktu itu aku juga tidak
tahu tujuannya untuk apa. Akhirnya suatu hari..tibalah giliranku duduk di pojok
kelas. Aku pun juga ambil bagian dalam aktifitas “ ngebor”. Jangka pun kuputar sedikit
demi sedikit, melanjutkan lubang yang dibuat temanku, dan akhirnya..krek..woi..tembus.
Aku juga tidak habis piker, tembok kelas yang lumayan tebal itu akhirnya tembus
juga, perjuangan yang luar biasa kawan. Sedikit demi sedikit akhirnya jebol
juga ni tembok. Ah dasar temanku semakin
iseng saja, lubang yang tembus tadi semakin dibesarkan, hingga akhirnya
tanganku pun sampai bisa muat. Tembus sampai parkiran luar, wow hembusan angin
sampai terasa. Agar tidak ketahuan guru, kami pun menyumpal lubang tadi dengan
kertas-kertas. Ya kalau ingin tahu suasana luar, dan biar lubang angin kembali
terbuka, kertas itu kami ambil. Akan tetapi bagaimanapun kami sembunyikan akhirnya
ketahuan juga. Wah waktu aku duduk dibelakang ada seorang guru yang pengin tahu
lubang karya kami. Ehm..besar juga ya,..
takut juga ni, ntar kalau dihukum bagaimana?. Keringat dingin keluar..apalagi
waktu itu..kepala sekolah kami terkenal seram. Tapi akhirnya kami hanya disuruh
untuk menambal tembok itu, dan mengecatnya seperti semula. Pada akhirnya
kawan-kawanku bersama-sama menambal lubang angin itu. Untung waktu itu sekolah
kami sedang membangun beberapa bangunan tambahan.
……………..
Kawan..itu salah satu kejadian
yang pernah aku alami sewaktu SMU dulu. Dan sekarang aku pun sejenak merenung,
ternyata tembok sekolahan yang tebal itu pun akhirnya jebol dari usaha
pengeboran yang dilakukan terus menerus. Bagaimana dengan iman kita? Setiap
hari kita selalu berhadapan dengan musuh bebuyutan kita, syetan laknatullah ‘alaihi.
Setiap hari syetan tak henti-hentinya mengebor keimanan kita, mulai dosa yang
kecil, yang kita remehkan dan ternyata jika dilakukan terus menerus bukan tidak
mungkin akan menyeret kita untuk melakukan dosa besar dan menjebolkan tembok
keimanan kita. Kita berlindung kepada Allah semoga kita dilindungi dari godaan
syetan yang terkutuk. Syetan pun sangat lihai memainkan strateginya, dengan
cara ini tidak berhasil, mereka mencari cara yang lain. Dan hal ini telah
mereka lakukan sejak berjuta-juta tahun yang lalu, sejak jaman nenek moyang
kita, nabi Adam As.
Hanya Allah lah tempat kita untuk berlindung, hanya kepada Allah lah kita memohon pertolongan agar Allah semakin menguatkan tembok keimanan kita.
Hanya Allah lah tempat kita untuk berlindung, hanya kepada Allah lah kita memohon pertolongan agar Allah semakin menguatkan tembok keimanan kita.
Kawan, ternyata..lubang angin yang
dulu kami sembunyikan dengan menutupnya dengan kertas putih akhirnya ketahuan
juga. Begitu juga mungkin dengan dosa dan kebusukan tingkah laku kita, mungkin
lama kelamaan akan tercium dan ketahuan juga.
Ya semoga diri ini masih diberikan
kesempatan oleh Allah untuk senantiasa bertaubat, memohon ampun akan kesalahan
kita, diberikan kesempatan untuk menambal lubang kejahatan, lubang dosa kita
dengan perbuatan baik. Ya Allah..berilah kami semua kesempatan itu. Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar