Hari itu, langit Jakarta sudah mulai menguning, burung-burung telah kembali ke sangkarnya, matahari sedikit demi sedikit merangkak tenggelam di ufuk barat. Ku habiskan waktuku di depan netbook kecil sambil menunggu adzan maghrib berkumandang. Tiba-tiba hape ku bergetar, ada telpon masuk, ku lihat disitu tertulis nama “Bapak”. Segera ku angkat telpon dari beliau..”Halo,,piye kabare le?,akeh dongo yo, kemudian Bapak membacakan sebuah doa, yang sebenarnya aku sendiri sudah tidak asing dengan doa itu, hanya saja, mulut ini ternyata telah jarang melafadzkan doa ini.. “La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzolimin”, kata beliau, saya di suruh untuk membaca doa ini, dan semoga mendapatkan daerah penempatan terbaik, setelah itu telpon pun di tutup. Dialog singkat dengan Bapak sore itu seakan memberikan sebuah pengingatan besar padaku, seolah olah aku kembali di ingatkan, kembali di tepuk, untuk kembali mengingat Sang Maha Pencipta. Berbagai rutinitas yang melelahkan, rutinitas yang membosankan ternyata membuat diri ini lalai, seolah–olah bapak ku ingin berpesan:”le elingo…Nak Ingatlah, bahwa kita terlalu berkubang dalam kemaksiatan, terlalu dzholim, dan menjadi hamba-hamba Allah Yang Lalai, kita seakan hanya butuh Allah ketika kita sedang membutuhkan. Degg,,…aku pun hanya bisa tertunduk..seolah-olah inilah teguran Allah buat saya, lewat nasehat Bapak saya. Memang, hari-hari itu adalah masa-masa mendebarkan, menunggu pengumuman penempatan tugas dari instansi tempat saya bekerja, di mana kami dituntut harus siap di tempatkan di seluruh wilayah Indonesia. Bukan hanya saya yang berdebar-debar, keluarga di rumah pun selalu menanyakan tentang kabar penempatan.
Sore itu Bapak ku kembali mengajarkan dan mengingatkan akan sebuah doa yang mulai jarang ku baca,,ya doa Dzun Nun yang ternyata adalah doa yang luar biasa. Bapak saya memang bukanlah seorang Kyai, ataupun seorang ustadz, akan tetapi saya yakin, atas petunjuk dari Allah lah, Bapak tergerak hatinya untuk menelpon saya dalam rangka mengingatkan kembali doa itu. Ternyata doa itu sangatlah istimewa, saya bukan lah mufasir atau ahli tafsir, saya sedikit mengambil pelajaran bahwa doa ini paling tidak mengadung tiga komponen : yaitu pengakuan Tauhid, pengakuan kekurangan diri, dan berisi permohonan ampun (istighfar), subhanallah doa singkat tapi luar biasa. Saya pun penasaran, dan kemudian mencari di internet tentang doa ini, dan akhirnya menemukan sebuah hadist,” Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah: LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINAZH ZHAALIMIIN (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya). Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan baginya.” (HR. Tirmidzi no. 3505. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).Aku pun kembali terhenyak…Subhanallah,,”tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah melainkan Allah Kabulkan Baginya”.
Sore itu..Bapak telah memberikan pelajaran yang berharga bagiku. Aku yakin, itulah salah satu wujud cinta seorang bapak kepada anaknya. Saya bukanlah seorang anak yang dekat dengan sosok seorang Bapak, seorang anak yang lebih banyak berinteraksi dan komunikasi dengan sang Ibu. Mungkin itulah cara ayah mencintai anaknya, mereka mempunyai cara-cara sendiri untuk mecintai anaknya. Dialog-dialog yang singkat,padat, mungkin itulah cara Bapak, seorang Ayah tak selalu punya ungkapan untuk mengapresiasi kita, saya yakin, bahwa mempunyai Bapak adalah sebuah anugerah, mempunyai ayah adalah sebuah keberuntungan. Betapapun mungkin di luar sana banyak anak-anak yang tersakiti oleh ayahnya, ataupu banyak anak –anak yang merasa jauh dari ayahnya, ayah kita tetaplah ayah kita. Mengantarkan kita lahir kedunia ini adalah tetap salah satu kebaikan darinya. DI dalam diri kita, mengalir darah nya, kita adalah darah dagingnya. Dan sudah sepantasnyalah nama Bapak masuk dalam daftar deretan nama orang-orang yang kita doakan
Telpon dari Bapak sore itu, mungkin salah satu wujud cintanya pada anaknya. Seorang Bapak yang menginginkan yan terbaik bagi anaknya. Terimi kasih Bapak..Telponmu sore itu adalah telpon cintamu.
#Jakarta,menjelang tengah malam.060711#
0 komentar:
Posting Komentar