Rabu, 13 Maret 2013

RAPORT DIK LINTANG

Ilustrasi dari Internet
Beberapa hari yang lalu, Lintang, keponakanku yang masih duduk di bangku kelas 1 di sebuah SDIT di daerah kami menerima raport. Hari itu dia memang tidak masuk sekolah, raportnya diambilkan oleh neneknya. Sesampainya di rumah, sang nenek pun mengabarkan hasil prestasi dari cucunya ini. “Alhamdulillah dapat rangking satu”, senyum kebahagiaan tersungging di bibir gadis kecil itu. Dia terlihat sangat bahagia, dilihat nilainya memang luar biasa, rata-rata nilainya 90 lebih. Lintang pun sangat senang dengan prestasi itu, terbayang- bayang di benaknya akan hadiah yang akan diberikan bapak, ibu, dan tantenya karena telah berhasil meraih juara satu dikelas.
Lintang memang seorang gadis cilik yang terbilang cukup cerdas, ketika masih TK saja dia pernah berhasil menjadi juara dua dalam lomba ceramah tingkat kabupaten. Akan tetapi prestasi yang diraihnya kali ini bukan tanpa usaha dan kerja keras. Masih teringat ketika musim ujian, Lintang sakit, tapi dia tetap masuk sekolah, dan dia tetap belajar. Bahkan ketika dia kelelahan dan tertidur pun dia mengigau tentang apa yang dibacanya tadi ketika belajar. Lintang, gadis cilik itu juga harus bangun pagi-pagi, sholat, mandi, dan sarapan dikarenakan mobil jemputan dari sekolahnya jam 6.30 sudah menunggu di dapan rumah. Memang jarak sekolah lintang dengan rumahnya sekitar 8 km. Hal itu dilakukannya setiap pagi. Tanpa jajan dan bekal, karena memang sudah peraturan dari sekolahan. Snack, makan siang, dan minuman telah di sediakan oleh sekolahan. Ketika dia diberi uang saku oleh tante-tantenya, bapak, ibu atau neneknya, dia tabung semua. Katanya, “mau ku tabung untuk beli komputer mas, tabunganku sudah sampai Rp 200.000 an”. Di samping usaha kerasnya dalam belajar, Lintang termasuk gadis kecil yang menjaga sholatnya. Ketika dulu dia menginap dirumahku, suasana pagi itu masih sangat dingin, tapi ketika dia dibangunkan untuk sholat subuh, dia langsung bergegas menuju kamar mandi dan berwudhu. Setelah itu dia sholat subuh dua rakaat. Di saat anak-anak se usianya di daerah kami masih terlelap tidur, dia sudah bangun untuk sholat subuh. Di saat teman-teman seusianya di SD lain jam 10 pagi mungkin sudah pulang sekolah, dia jam setengah dua siang baru sampai di rumah. Di saat siswa-siswa di SD lain cuma belajar beberapa mata pelajaran saja, dia harus belajar ekstra dikarenakan disekolahnya banyak pelajaran yang tidak diajarkan seperti di SD lain. Di saat teman-teman seusianya menikmati jajan dari uang sakunya, dia memilih untuk menabung guna membeli komputer. Dan akhirnya kerja kerasnya membuahkan hasil yang manis di rapotan semester ini, dia mendapat rangking satu.
**************
Sahabat, saya begitu banyak belajar dari Lintang, gadis kecil yang baru duduk di kelas 1 SD. Segala sesuatu itu memang harus diperjuangkan, butuh usaha, kerja keras, dan doa. Kadangkala kita hanya melihat kesuksesan seseorang tanpa melihat pahit getir perjuangannya. “Dia kan beruntung, dia kan anak orang kaya, dia kan… “, berbagai penilaian negatif kadangkala kita lontarkan kepada seseorang yang berhasil memperoleh prestasinya. Padahal boleh jadi penilaian negatif kita tidak benar, bisa saja seseorang mendapatkan sebuah kesuksesan memang itu hasil dari kristalisasi keringat dan usahanya. Terlalu banyak kisah sukses perjuangan seorang anak manusia yang telah kita baca dan dengar. Kisah seorang penjual sayur keliling, kisah seorang pelawak yang sukses, kisah seorang remaja yang dikatakan idiot, begitu banyak kisah yang telah kita ketahui, tapi akankah kita mengambil pelajaran dari itu semua?.

Untuk menjadi orang yang extraordinary kita juga harus melakukan sesuatu yang tidak dilakukan orang lain. Saya banyak belajar dari lintang, disaat teman-temannya menikmati jajanan dari uang sakunya, dia memilih untuk menabung, disaat gadis kecil seusianya jam setengah lima masih tertidur, dia bangun untuk sholat subuh, disaat teman-temannya di SD lain jam 10 sudah pulang, dia pulang sampai rumah jam setengah dua. Memang semua itu butuh pengorbanan. Barang siapa bersantai saat bekerja, ia akan menyesal saat pembagian upah. 
             Sahabat, memang penyesalan itu muncul di akhir. Kita selalu merasa telah berusaha keras tapi hasil belum nampak, dan kadangkala kita merasa iri dengan kesuksesan yang diperoleh orang lain, padahal dalam penilaian kita orang itu biasa saja, atau usahanya tak sekeras kita. Sahabat…marilah kita menghilangkan prasangka-prasangka negatif itu. Tugas kita adalah ikhtiar, terus berusaha, lebih keras lagi, lebih cerdas lagi, berpikir positif, penuh optimisme, semangat dan keyakinan, dan terus berdoa kepada Allah. Saya yakin bahwa suatu saat Allah akan mengabulkan doa-doa kita. Jangan pernah lelah berdoa dan jangan pernah berprasangka buruk kepada-NYA.
           Semoga kita bisa belajar mengambil hikmah dari perjuangan seorang gadis kecil untuk meraih prestasi dikelasnya. Terimakasih Dik Lintang….saya banyak belajar darimu. 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Asyiknya Menjadi Ayah

SPIRIT OF LIFE

SETETES EMBUN KEHIDUPAN

Catatanku

SEKILAS INFO