Ilustrasi dari Internet |
Beberapa hari yang lalu,
Lintang, keponakanku yang masih duduk di bangku kelas 1 di sebuah SDIT di
daerah kami menerima raport. Hari itu dia memang tidak masuk sekolah, raportnya
diambilkan oleh neneknya. Sesampainya di rumah, sang nenek pun mengabarkan
hasil prestasi dari cucunya ini. “Alhamdulillah dapat rangking satu”, senyum
kebahagiaan tersungging di bibir gadis kecil itu. Dia terlihat sangat bahagia,
dilihat nilainya memang luar biasa, rata-rata nilainya 90 lebih. Lintang pun
sangat senang dengan prestasi itu, terbayang- bayang di benaknya akan hadiah
yang akan diberikan bapak, ibu, dan tantenya karena telah berhasil meraih juara
satu dikelas.
Lintang memang seorang gadis cilik yang terbilang cukup cerdas, ketika masih TK
saja dia pernah berhasil menjadi juara dua dalam lomba ceramah tingkat
kabupaten. Akan tetapi prestasi yang diraihnya kali ini bukan tanpa usaha dan
kerja keras. Masih teringat ketika musim ujian, Lintang sakit, tapi dia tetap
masuk sekolah, dan dia tetap belajar. Bahkan ketika dia kelelahan dan tertidur pun
dia mengigau tentang apa yang dibacanya tadi ketika belajar. Lintang, gadis
cilik itu juga harus bangun pagi-pagi, sholat, mandi, dan sarapan dikarenakan
mobil jemputan dari sekolahnya jam 6.30 sudah menunggu di dapan rumah. Memang
jarak sekolah lintang dengan rumahnya sekitar 8 km. Hal itu dilakukannya setiap
pagi. Tanpa jajan dan bekal, karena memang sudah peraturan dari sekolahan. Snack,
makan siang, dan minuman telah di sediakan oleh sekolahan. Ketika dia diberi
uang saku oleh tante-tantenya, bapak, ibu atau neneknya, dia tabung semua. Katanya,
“mau ku tabung untuk beli komputer mas, tabunganku sudah sampai Rp 200.000 an”.
Di samping usaha kerasnya dalam belajar, Lintang termasuk gadis kecil yang
menjaga sholatnya. Ketika dulu dia menginap dirumahku, suasana pagi itu masih
sangat dingin, tapi ketika dia dibangunkan untuk sholat subuh, dia langsung
bergegas menuju kamar mandi dan berwudhu. Setelah itu dia sholat subuh dua rakaat.
Di saat anak-anak se usianya di daerah kami masih terlelap tidur, dia sudah
bangun untuk sholat subuh. Di saat teman-teman seusianya di SD lain jam 10 pagi
mungkin sudah pulang sekolah, dia jam setengah dua siang baru sampai di rumah.
Di saat siswa-siswa di SD lain cuma belajar beberapa mata pelajaran saja, dia
harus belajar ekstra dikarenakan disekolahnya banyak pelajaran yang tidak
diajarkan seperti di SD lain. Di saat teman-teman seusianya menikmati jajan
dari uang sakunya, dia memilih untuk menabung guna membeli komputer. Dan akhirnya
kerja kerasnya membuahkan hasil yang manis di rapotan semester ini, dia
mendapat rangking satu.
**************
Sahabat,
saya begitu banyak belajar dari Lintang, gadis kecil yang baru duduk di kelas 1
SD. Segala sesuatu itu memang harus diperjuangkan, butuh usaha, kerja keras,
dan doa. Kadangkala kita hanya melihat kesuksesan seseorang tanpa melihat pahit
getir perjuangannya. “Dia kan beruntung, dia kan anak orang kaya, dia kan… “, berbagai
penilaian negatif kadangkala kita lontarkan kepada seseorang yang berhasil
memperoleh prestasinya. Padahal boleh jadi penilaian negatif kita tidak benar,
bisa saja seseorang mendapatkan sebuah kesuksesan memang itu hasil dari
kristalisasi keringat dan usahanya. Terlalu banyak kisah sukses perjuangan
seorang anak manusia yang telah kita baca dan dengar. Kisah seorang penjual
sayur keliling, kisah seorang pelawak yang sukses, kisah seorang remaja yang
dikatakan idiot, begitu banyak kisah yang telah kita ketahui, tapi akankah kita
mengambil pelajaran dari itu semua?.
Untuk
menjadi orang yang extraordinary kita
juga harus melakukan sesuatu yang tidak dilakukan orang lain. Saya banyak
belajar dari lintang, disaat teman-temannya menikmati jajanan dari uang
sakunya, dia memilih untuk menabung, disaat gadis kecil seusianya jam setengah
lima masih tertidur, dia bangun untuk sholat subuh, disaat teman-temannya di SD
lain jam 10 sudah pulang, dia pulang sampai rumah jam setengah dua. Memang
semua itu butuh pengorbanan. Barang siapa bersantai saat bekerja, ia akan
menyesal saat pembagian upah.
Sahabat, memang penyesalan
itu muncul di akhir. Kita selalu merasa telah berusaha keras tapi hasil belum
nampak, dan kadangkala kita merasa iri dengan kesuksesan yang diperoleh orang
lain, padahal dalam penilaian kita orang itu biasa saja, atau usahanya tak
sekeras kita. Sahabat…marilah kita menghilangkan prasangka-prasangka negatif
itu. Tugas kita adalah ikhtiar, terus berusaha, lebih keras lagi, lebih cerdas
lagi, berpikir positif, penuh optimisme, semangat dan keyakinan, dan terus
berdoa kepada Allah. Saya yakin bahwa suatu saat Allah akan mengabulkan doa-doa
kita. Jangan pernah lelah berdoa dan jangan pernah berprasangka buruk
kepada-NYA.
Semoga kita bisa belajar
mengambil hikmah dari perjuangan seorang gadis kecil untuk meraih prestasi
dikelasnya. Terimakasih Dik Lintang….saya banyak belajar darimu.
0 komentar:
Posting Komentar